Klik KIRI pada gambar yang Ingin ANDA BACA
Fokus Samping
HM.Kusnanto SH
Optimis Desember Semua Kepala SKPD Difinitif
Blora, Suara Rakyat.-
“Anda lihat kan, bahwa unsur Pimpinan DPRD, yang merupakan kolektif terbukti dapat bekerja walau ketua dewan tidak ada”, kata Kusnanto.
Menurut wakil ketua DPRD Blora itu pernyataan yang dikemukakan terkait kinerja dewan akhir-akhir ini yang cukup signifikan. Yakni dalam waktu yang singkat sudah merampungkan 2 perda dalam kurun waktu kurang dari dua Bulan.
“Kalau tidak ada halangan, kemungkinan Perda SOTK akan kami tetapkan tanggal 21 Oktober mendatang,” ungkapnya di rumah dinasnya Kamis (16/10)..
Disisi lain Kusnanto juga mengatakan kerja keras yang selama tidak ada ketua dewan ini, adalah berkat dukungan dan kesadaran semua anggota wakil rakyat yang duduk di DPRD.
Dirinya mengaku tanpa dukungan teman-teman dewan, mustahil dalam waktu yang singkat dapat bekerja seperti belakangan ini.
Ketika ditanya apakah dirinya yakin setelah Perda SOTK, bupati akan mendifinitifkan kepala masing-masing SKPD menjawab sangat yakin.
“Memang pengangakatan kepala SKPD kewenangan bupati murni, dan saya yakin pak Yudhi (Bupati Drs.RM.Yudhi Sancoyo MM-red)akan segera melakukannya. Karena dasar hukumnya sudah jelas dan Perda SOTK sudah ada,” tegas Kusnanto.
Terkit tentang tentang pejabat dilingkungan setwan Kusnanto mengatakan, tidakj akan mengubah seluruh personil dilingkungan kerjanya. “Paling banter hanya beberapa orang saja yang kita harapkan untuk diganti, termasuk Sekwan yang saat ini tidak bisa menjalankan tugasnya karena statusnya saat ini (Ditahan-red),” tambah Kusnanto. (Roes)
HM Hartomi Wibowo
Sekwan harus Profesional
Blora, Suara Rakyat.-
Harapan agar pengisian personil pada SOTK mendatang sesuai bidang yang akan didudukinya, muncul juga dari ketua DPC PDIP Blora, HM Hartomi Wibowo SE saat ditemui SR Senin (20/10).
Menurut Hartomi yang juga ketua Komisi C DPRD Blora, pernyataannya dikarenakan banyaknya personil dilingkungan Pemkab Blora yang kurang tepat dalam posisinya.
Termasuk juga untuk jabatan Sekwan mendatang, dia mengungkapkan beberapa syarat yang harus dipenuhinya. “Jelas saya harap sekwan baru harus professional, jujur dalam keuangan dan pekerja keras,” kata Tomo panggilan akrab ketua DPC PDIP ini.
Disisi lain lanjutnya, sekwan harus dapat mengawal aspirasi kami (anggota DPRD-red) yang berasal dari rakyat, sampai terealisasi.
Ketika ditanya siapa personil yang cocok menduduki jabatan sekwan, Hartomi enggan menyebut nama.
“Yang penting ketiga syarat tadi harus terpenuhi, karena jabatan Sekwan sesuai perundangan harus persetujuan dari kami (DPRD-red) selaku wakil rakyat”. (Roes)
HM.Kusnanto SH
Optimis Desember Semua Kepala SKPD Difinitif
Blora, Suara Rakyat.-
“Anda lihat kan, bahwa unsur Pimpinan DPRD, yang merupakan kolektif terbukti dapat bekerja walau ketua dewan tidak ada”, kata Kusnanto.
Menurut wakil ketua DPRD Blora itu pernyataan yang dikemukakan terkait kinerja dewan akhir-akhir ini yang cukup signifikan. Yakni dalam waktu yang singkat sudah merampungkan 2 perda dalam kurun waktu kurang dari dua Bulan.
“Kalau tidak ada halangan, kemungkinan Perda SOTK akan kami tetapkan tanggal 21 Oktober mendatang,” ungkapnya di rumah dinasnya Kamis (16/10)..
Disisi lain Kusnanto juga mengatakan kerja keras yang selama tidak ada ketua dewan ini, adalah berkat dukungan dan kesadaran semua anggota wakil rakyat yang duduk di DPRD.
Dirinya mengaku tanpa dukungan teman-teman dewan, mustahil dalam waktu yang singkat dapat bekerja seperti belakangan ini.
Ketika ditanya apakah dirinya yakin setelah Perda SOTK, bupati akan mendifinitifkan kepala masing-masing SKPD menjawab sangat yakin.
“Memang pengangakatan kepala SKPD kewenangan bupati murni, dan saya yakin pak Yudhi (Bupati Drs.RM.Yudhi Sancoyo MM-red)akan segera melakukannya. Karena dasar hukumnya sudah jelas dan Perda SOTK sudah ada,” tegas Kusnanto.
Terkit tentang tentang pejabat dilingkungan setwan Kusnanto mengatakan, tidakj akan mengubah seluruh personil dilingkungan kerjanya. “Paling banter hanya beberapa orang saja yang kita harapkan untuk diganti, termasuk Sekwan yang saat ini tidak bisa menjalankan tugasnya karena statusnya saat ini (Ditahan-red),” tambah Kusnanto. (Roes)
HM Hartomi Wibowo
Sekwan harus Profesional
Blora, Suara Rakyat.-
Harapan agar pengisian personil pada SOTK mendatang sesuai bidang yang akan didudukinya, muncul juga dari ketua DPC PDIP Blora, HM Hartomi Wibowo SE saat ditemui SR Senin (20/10).
Menurut Hartomi yang juga ketua Komisi C DPRD Blora, pernyataannya dikarenakan banyaknya personil dilingkungan Pemkab Blora yang kurang tepat dalam posisinya.
Termasuk juga untuk jabatan Sekwan mendatang, dia mengungkapkan beberapa syarat yang harus dipenuhinya. “Jelas saya harap sekwan baru harus professional, jujur dalam keuangan dan pekerja keras,” kata Tomo panggilan akrab ketua DPC PDIP ini.
Disisi lain lanjutnya, sekwan harus dapat mengawal aspirasi kami (anggota DPRD-red) yang berasal dari rakyat, sampai terealisasi.
Ketika ditanya siapa personil yang cocok menduduki jabatan sekwan, Hartomi enggan menyebut nama.
“Yang penting ketiga syarat tadi harus terpenuhi, karena jabatan Sekwan sesuai perundangan harus persetujuan dari kami (DPRD-red) selaku wakil rakyat”. (Roes)
Pendidikan Humanika
Wujud Kepedulian perkembangan tehnologi,
SMAN 1 Blora Gelar Pelatihan komputer paraGuru SD
Blora, Suara Rakyat.-
Memang patut dinilai Plus pada program yang sdilakukan SMAN 1 Blora ini, dibawah kepemimpinan Drs.Niyadi.
Seperti yang terlihat pada Senin (13/10) 40 orang guru SD sekecamatan Blora dilatih Komputer gratis di lab yang baru lalu diresmikan Bupati Blora, Drs.RM Yudhi Sancoyo MM.
Sebelumnya pelatihan didahului pengantar dari Kasek SMAN 1 Blora, drs. Niyadi yang mengatakan bahwa pelatihan ini semata-mata untuk mengejar ketertinggalan para guru SD terkait kemajuan tehnologi. Disamping itu sebagai bekal untuk memajukan pendidikan para guru khususnya untuk mengejar program sertifikasi mereka.
Sementara Kepala Cabang Diknas Blora, Drs. Kuswanto dalam pidatonya menyambut baik program yang dilaksanakan SMAN 1 Blora terhadap para Guru SD di wilayahnya. “Saya sangat berterima kasih atas kepedulian SMAN 1 Blora terhadap para guru kami, sehingga menyediakan tempat dan waktu untuk melatihnya berkomputer”, katanya.
Dari pantauan langsung SR saat para 40 Orang guru SD yang terbagi 2 kelas ini memang bisa dikatakan 90 mereka belum mengenal komputer. Terlihat mereka masih canggung dengan peralatan yang identik dengan kemajuan tehnologi ini. Bahkan seorang guru yang meminta SR tidak menyebut namanya, secara lantang mengkritik para pengajar komputer.
“Tolong mbak, kami memegang komputer baru kali ini, kalau mengajar dari awal. Jangan langsung ke program, dikenalkan dulu perangkat komputernya, mouse itu apa dan fungsinya apa”, katanya pada pengajar diamini seluruh peserta lainya. (Roes)
Wujud Kepedulian perkembangan tehnologi,
SMAN 1 Blora Gelar Pelatihan komputer paraGuru SD
Blora, Suara Rakyat.-
Memang patut dinilai Plus pada program yang sdilakukan SMAN 1 Blora ini, dibawah kepemimpinan Drs.Niyadi.
Seperti yang terlihat pada Senin (13/10) 40 orang guru SD sekecamatan Blora dilatih Komputer gratis di lab yang baru lalu diresmikan Bupati Blora, Drs.RM Yudhi Sancoyo MM.
Sebelumnya pelatihan didahului pengantar dari Kasek SMAN 1 Blora, drs. Niyadi yang mengatakan bahwa pelatihan ini semata-mata untuk mengejar ketertinggalan para guru SD terkait kemajuan tehnologi. Disamping itu sebagai bekal untuk memajukan pendidikan para guru khususnya untuk mengejar program sertifikasi mereka.
Sementara Kepala Cabang Diknas Blora, Drs. Kuswanto dalam pidatonya menyambut baik program yang dilaksanakan SMAN 1 Blora terhadap para Guru SD di wilayahnya. “Saya sangat berterima kasih atas kepedulian SMAN 1 Blora terhadap para guru kami, sehingga menyediakan tempat dan waktu untuk melatihnya berkomputer”, katanya.
Dari pantauan langsung SR saat para 40 Orang guru SD yang terbagi 2 kelas ini memang bisa dikatakan 90 mereka belum mengenal komputer. Terlihat mereka masih canggung dengan peralatan yang identik dengan kemajuan tehnologi ini. Bahkan seorang guru yang meminta SR tidak menyebut namanya, secara lantang mengkritik para pengajar komputer.
“Tolong mbak, kami memegang komputer baru kali ini, kalau mengajar dari awal. Jangan langsung ke program, dikenalkan dulu perangkat komputernya, mouse itu apa dan fungsinya apa”, katanya pada pengajar diamini seluruh peserta lainya. (Roes)
Bupati Ajak Petani gunakan Pupuk Nutris Saputra
Randubaltung, Suara Rakyat.-
Mungkin apa yang disampaikan Bupati Blora, Drs. RM Yudhi Sancoyo MM dalam panen raya jagung di Sumberejo Kecamatan Randublatung harus dipaerhatikan.
Yakni penggunaan pupuk an organik (Kimia-red) yang selama ini digunakan para petani perlu diimbangi penggunaan pupuk organik. Hal ini karena pupuk an Organik yang digunakan terus meneruk akan dapat merusak dan mengurangi kesuburan tanah.
“Panen jagung kalia ini adalah hasil penggunaan pupuk organik pertama yakni pupuk Nutrisi Saputra dan hasilnya cukup memuasakan”, kata bupati ketika ditemui disela-sela panen raya.
Alasan penggunaan pupuk organik Nutrisi Saputra menurut Yudhi Pemkab Blora sudah studi di Kaltim dan bali atas keberhasilan penggunaan pupuk tersebut.
Untuk itulah Bupati Blora berharap agar para among tani di Blora segeralah kembali ke alam, dengan menggunakan pupuk organik Nutrisi Saputra. Dan juga menggunakan pupuk kandang dengan membatasi penggunaan pupuk kimia.
“Sebagai langkah awal kepedulian Pemkab Blora terhadap para petani, kami telah mengucurkan dana Rp. 1,7 milyar di 16 kecamatan untuk subsidi pupuk nutrisi saputra”, ungkap Yudhi.
Sementara disisi lain Plt Kadin Pertanian Drs.Adi Purwanto MM juga menandaskan alasan pentingnya penggunaan pupuk organik. “Penggunaan pupuk kimia para petani diBlora sudah sangat mengkwatirkan bahkan bisa saya katakan over dosis”, jelasnya.
Dari data yang didapat Adi para petani memerlukan 400 kg urea, 300 kg SP-36 tanpa KCL dan ZA setiap hektarnya. Padahal seharusnya yang ideal urea 250 kg, SP-36 150 kg , ZA 100 kg dan 50kg KCL setiap hektar. “Ya jelas penggunaan pupuk kimia yang berlebihan inilah, akan merusak struktur tanah”, tegas Adi. (Roes)
Randubaltung, Suara Rakyat.-
Mungkin apa yang disampaikan Bupati Blora, Drs. RM Yudhi Sancoyo MM dalam panen raya jagung di Sumberejo Kecamatan Randublatung harus dipaerhatikan.
Yakni penggunaan pupuk an organik (Kimia-red) yang selama ini digunakan para petani perlu diimbangi penggunaan pupuk organik. Hal ini karena pupuk an Organik yang digunakan terus meneruk akan dapat merusak dan mengurangi kesuburan tanah.
“Panen jagung kalia ini adalah hasil penggunaan pupuk organik pertama yakni pupuk Nutrisi Saputra dan hasilnya cukup memuasakan”, kata bupati ketika ditemui disela-sela panen raya.
Alasan penggunaan pupuk organik Nutrisi Saputra menurut Yudhi Pemkab Blora sudah studi di Kaltim dan bali atas keberhasilan penggunaan pupuk tersebut.
Untuk itulah Bupati Blora berharap agar para among tani di Blora segeralah kembali ke alam, dengan menggunakan pupuk organik Nutrisi Saputra. Dan juga menggunakan pupuk kandang dengan membatasi penggunaan pupuk kimia.
“Sebagai langkah awal kepedulian Pemkab Blora terhadap para petani, kami telah mengucurkan dana Rp. 1,7 milyar di 16 kecamatan untuk subsidi pupuk nutrisi saputra”, ungkap Yudhi.
Sementara disisi lain Plt Kadin Pertanian Drs.Adi Purwanto MM juga menandaskan alasan pentingnya penggunaan pupuk organik. “Penggunaan pupuk kimia para petani diBlora sudah sangat mengkwatirkan bahkan bisa saya katakan over dosis”, jelasnya.
Dari data yang didapat Adi para petani memerlukan 400 kg urea, 300 kg SP-36 tanpa KCL dan ZA setiap hektarnya. Padahal seharusnya yang ideal urea 250 kg, SP-36 150 kg , ZA 100 kg dan 50kg KCL setiap hektar. “Ya jelas penggunaan pupuk kimia yang berlebihan inilah, akan merusak struktur tanah”, tegas Adi. (Roes)
Polisi Bekerja dengan 3 S
Ada anekdot di masyarakat. Seorang lelaki, saat antre membuat surat izin mengemudi (SIM), bertanya kepada temannya,”Adakah polisi yang tidak bisa disuap?” Temannya berbisik,”Ada, tapi cuma dua. Hoegeng dan polisi tidur.”. Hoegeng adalah mantan Kapolri pada 1968-1971 yang terkenal antisuap dan korupsi.
Anekdot ini sangat menggelitik, seakan menegaskan cap masyarakat bahwa Polri jauh dari kesan bermutu. Dalam konteks proses pergantian Kapolri, pengganti Jenderal Polisi Sutanto idealnya adalah seorang yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam sebuah peralihan, pastinya akan ada semacam refleksi dan revisi dari masa sebelumnya, menuju langkah rekonstruktif selanjutnya. Kapolri Sutanto dinilai cukup baik dalam mengembangkan dan meletakkan dasar-dasar bagi proses reformasi dan regenerasi yang berpengaruh bagi eskalasi kualitas kepolisian.
Upaya pemulihan citra negatif Polri juga dilakukan. Pada level teknis misalnya, dilakukan pemberantasan calo pembuatan SIM yang bergentayangan di Polda dan menyediakan mobil SIM keliling. Upaya menghindari ”uang damai” seperti yang kerap terjadi di jalan raya, juga dilakukan.
Idealnya sosok seorang polisi harus selalu menekankan pada kualitas pribadi dengan sifat dan sikap yang baik kepada sesama, serta bertanggung jawab memprioritaskan kualitas etika tanggung jawab dirinya dalam rangka tugas dan perannya sebagai pengawal masyarakat.
Di sinilah kita rindukan Kapolri baru yang peka, peduli dan terbuka terhadap kritik, yang mampu mengatasi beberapa pekerjaan rumah (PR) baik internal maupun eksternal.
Kapolri baru harus mampu menumbuhkan rasa terlindungi di masyarakat. Hal itu hanya mungkin terjadi jika ia terus-menerus berinteraksi terhadap jajaran di seluruh Tanah Air, bukan hanya mendengar laporan. Bukan rahasia, sampai kini, kita selaku sipil merasakan belum terlindungi oleh keberadaan polisi. Teror bom dan perampok bersenjata api adalah hal yang menonjol selama ini.
Sosok ideal Kapolri ke depan juga harus mampu independen dari lingkaran kekuasaan dan memiliki paradigma baru yang bebas dan bertanggung jawab. Sebagai salah satu alat negara, keberadaannya bermakna strategis karena kekuatan pengaruh yang dimilikinya.
Meski kedudukan lembaga kepolisian dan pengangkatan Kapolri tidak dapat dilepaskan dari keputusan politik, polisi harus bebas dari intervensi kekuasaan politik yang mengatasnamakan hukum. Kita tidak menghendaki Kapolri yang bermasalah, punya bisnis atau terbiasa jadi backing untuk kelompok/bisnis tertentu, tapi juga tidak akan menimbulkan konflik lanjutan dalam tubuh Polri.
Di dalam negeri, Kapolri harus mampu meredam gerakan-gerakan separatis sekaligus menciptakan keamanan berkelanjutan. Saat ini banyak gangguan keamanan di Indonesia yang sebenarnya punya mata rantai dengan negara-negara lain. Untuk itulah kemampuan lobi internasional Kapolri sangat diperlukan. Inilah PR eksternal yang dimaksud sebelumnya.
Sebagai PR internal, tantangan yang dihadapi Polri untuk mengatasi berbagai permasalahan, di antaranya kurangnya personel dan dana operasional. Dari data Polri (2005) perbandingan antara jumlah personel polisi dengan masyarakat hingga saat ini rata-rata 1:700. Artinya satu polisi melayani 700 orang.
Sementara itu, gaji polisi di Indonesia pangkat terendah, nol tahun pengalaman kerja, berbeda jauh jika diperbandingkan dengan gaji karyawan bank di Indonesia (golongan terendah). Mengacu standar PBB, kesejahteraan anggota Polri menjadi yang terendah di Asia.
Seorang Kapolri harus mempunyai visi dan misi yang jelas dalam memimpin Polri, baik dilihat dari segi kepemimpinan, senioritas, kemampuan maupun kredibilitasnya. Kapolri juga dituntut harus luwes mencari jalan keluar sebuah permasalahan sekaligus tegas dalam menegakkan aturan bagi diri dan jajarannya demi sebuah tujuan.
Maka dalam menghadapi perkembangan serta dinamika masyarakat, paradigma yang bisa dikedepankan saat ini adalah pendekatan soft power, yaitu melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini telah dikembangkan dalam strategi perpolisian masyarakat (Polmas) sejak tahun 2005. Dengan strategi ini, Polri tidak lagi sekadar bersifat reaktif, namun dituntut untuk proaktif, dalam memberikan layanan kepolisian dengan slogan 3S: senyum, sapa dan salam, serta sopan dalam berbicara dan santun dalam bertindak. (PenulisRedaktur Taloid Suara Rakyat; Drs.Ec.Agug Budi Rustanto)
Ada anekdot di masyarakat. Seorang lelaki, saat antre membuat surat izin mengemudi (SIM), bertanya kepada temannya,”Adakah polisi yang tidak bisa disuap?” Temannya berbisik,”Ada, tapi cuma dua. Hoegeng dan polisi tidur.”. Hoegeng adalah mantan Kapolri pada 1968-1971 yang terkenal antisuap dan korupsi.
Anekdot ini sangat menggelitik, seakan menegaskan cap masyarakat bahwa Polri jauh dari kesan bermutu. Dalam konteks proses pergantian Kapolri, pengganti Jenderal Polisi Sutanto idealnya adalah seorang yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam sebuah peralihan, pastinya akan ada semacam refleksi dan revisi dari masa sebelumnya, menuju langkah rekonstruktif selanjutnya. Kapolri Sutanto dinilai cukup baik dalam mengembangkan dan meletakkan dasar-dasar bagi proses reformasi dan regenerasi yang berpengaruh bagi eskalasi kualitas kepolisian.
Upaya pemulihan citra negatif Polri juga dilakukan. Pada level teknis misalnya, dilakukan pemberantasan calo pembuatan SIM yang bergentayangan di Polda dan menyediakan mobil SIM keliling. Upaya menghindari ”uang damai” seperti yang kerap terjadi di jalan raya, juga dilakukan.
Idealnya sosok seorang polisi harus selalu menekankan pada kualitas pribadi dengan sifat dan sikap yang baik kepada sesama, serta bertanggung jawab memprioritaskan kualitas etika tanggung jawab dirinya dalam rangka tugas dan perannya sebagai pengawal masyarakat.
Di sinilah kita rindukan Kapolri baru yang peka, peduli dan terbuka terhadap kritik, yang mampu mengatasi beberapa pekerjaan rumah (PR) baik internal maupun eksternal.
Kapolri baru harus mampu menumbuhkan rasa terlindungi di masyarakat. Hal itu hanya mungkin terjadi jika ia terus-menerus berinteraksi terhadap jajaran di seluruh Tanah Air, bukan hanya mendengar laporan. Bukan rahasia, sampai kini, kita selaku sipil merasakan belum terlindungi oleh keberadaan polisi. Teror bom dan perampok bersenjata api adalah hal yang menonjol selama ini.
Sosok ideal Kapolri ke depan juga harus mampu independen dari lingkaran kekuasaan dan memiliki paradigma baru yang bebas dan bertanggung jawab. Sebagai salah satu alat negara, keberadaannya bermakna strategis karena kekuatan pengaruh yang dimilikinya.
Meski kedudukan lembaga kepolisian dan pengangkatan Kapolri tidak dapat dilepaskan dari keputusan politik, polisi harus bebas dari intervensi kekuasaan politik yang mengatasnamakan hukum. Kita tidak menghendaki Kapolri yang bermasalah, punya bisnis atau terbiasa jadi backing untuk kelompok/bisnis tertentu, tapi juga tidak akan menimbulkan konflik lanjutan dalam tubuh Polri.
Di dalam negeri, Kapolri harus mampu meredam gerakan-gerakan separatis sekaligus menciptakan keamanan berkelanjutan. Saat ini banyak gangguan keamanan di Indonesia yang sebenarnya punya mata rantai dengan negara-negara lain. Untuk itulah kemampuan lobi internasional Kapolri sangat diperlukan. Inilah PR eksternal yang dimaksud sebelumnya.
Sebagai PR internal, tantangan yang dihadapi Polri untuk mengatasi berbagai permasalahan, di antaranya kurangnya personel dan dana operasional. Dari data Polri (2005) perbandingan antara jumlah personel polisi dengan masyarakat hingga saat ini rata-rata 1:700. Artinya satu polisi melayani 700 orang.
Sementara itu, gaji polisi di Indonesia pangkat terendah, nol tahun pengalaman kerja, berbeda jauh jika diperbandingkan dengan gaji karyawan bank di Indonesia (golongan terendah). Mengacu standar PBB, kesejahteraan anggota Polri menjadi yang terendah di Asia.
Seorang Kapolri harus mempunyai visi dan misi yang jelas dalam memimpin Polri, baik dilihat dari segi kepemimpinan, senioritas, kemampuan maupun kredibilitasnya. Kapolri juga dituntut harus luwes mencari jalan keluar sebuah permasalahan sekaligus tegas dalam menegakkan aturan bagi diri dan jajarannya demi sebuah tujuan.
Maka dalam menghadapi perkembangan serta dinamika masyarakat, paradigma yang bisa dikedepankan saat ini adalah pendekatan soft power, yaitu melalui kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini telah dikembangkan dalam strategi perpolisian masyarakat (Polmas) sejak tahun 2005. Dengan strategi ini, Polri tidak lagi sekadar bersifat reaktif, namun dituntut untuk proaktif, dalam memberikan layanan kepolisian dengan slogan 3S: senyum, sapa dan salam, serta sopan dalam berbicara dan santun dalam bertindak. (PenulisRedaktur Taloid Suara Rakyat; Drs.Ec.Agug Budi Rustanto)