tabloid pertama karya CAH BLORA ASLI

Sabtu, 17 April 2010

Opini Redaksi - KULANUWON - Perbaiki Citra Polri

Kulanuwon

Polri, Perbaiki Diri-mu........!


Kurang dari dua jam setelah melakukan pertemuan tertutup dengan Satgas Anti Mafia Hukum, mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji ditangkap aparat Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri di Bandara Soekarno-Hatta.

Meskipun tanpa surat penangkapan yang sah, jenderal polisi bintang tiga itu tak mampu mengelak dicokok Propam yang juga menyita paspornya.

Saat itu, Susno hendak terbang ke Singapura untuk cek kesehatan. Polisi beralasan, Susno mengangkangi PP No 2/2003 tentang Disiplin Anggota Polri. Pergi dari wilayah kerja tanpa izin atasan. Hanya saja, karena mestinya PP itu tak mengenal penangkapan, maka buru-buru dijelaskan kepada publik bahwa “Susno dijemput paksa.”

Lebih dramatik lagi, polisi dengan bantuan satuan pengamanan bandara sempat menghalang-halangi wartawan yang hendak mengambil gambar upaya aparat Propam mencokok Susno, mengusir dan itu sama juga mengangkangi undang-undang. Tak satu pihak pun di negeri ini yang boleh menghalang-halangi publik untuk mendapatkan informasi! Maka, tak aneh kalau polisi dituding sedang panik. Lebih-lebih, dalam pertemuan tertutupnya dengan Satgas Anti Mafia Hukum dua jam sebelumnya, Susno disebut-sebut mengungkap bukti baru kasus korupsi.

Kita semua memang tengah curiga ada ikan lebih besar daripada sekadar Gayus Tambunan atau sederet aparat Polri yang kini telah distempel dengan cap tersangka. Jadi, maklum saja jika semakin lama Susno bernyanyi, maka semakin terancam keselamatannya. Wajar juga kalau Polri atau oknum-oknum pembesar di institusi yang anggotanya diupah rakyat untuk menegakkan hukum di negeri ini tersebut dengan segala cara mencoba mempertahankan diri dan membungkam Susno.

Publik sudah lama memaklumi perilaku menyimpang Polri itu. Bukankah sejak tahun 1983 pun Virgiawan Listanto alias Iwan Fals pun sudah memamerkan permakluman publik atas perilaku menyimpang Polri atas wewenang mereka itu? Ingat ”Tawar menawar harga pas, tancap gas,” pada Kereta Tiba Pukul Berapa? Lagu itu sudah lebih dari 30 tahun silam dan tentu saja itu bukan kritik yang pertama. Dan Polri, selama ini memang telah teruji sebagai institusi yang tahan malu atas segala kritik.

Dengan perilaku Polri yang semakin tak terpuji, rakyat Indonesia pembayar pajak dan pemilik sah negeri ini mestinya tak ingin tinggal diam. Tidak pula terjebak pada kisah konyol penangkapan Susno itu dan kemudian lupa bahwa sederet jenderal lain mestinya diseret untuk diadili atas penyimpangan wewenang yang mereka lakukan dalam kaitan perkara makelar kasus.

Dan bagi Polri, tak ada cara lain kecuali segera bertobat, memperbaiki diri sebaik mungkin, membersihkan institusi mereka dari oknum-oknum jahat, lalu kembali amanah terhadap tugas-tugas yang dibebankan rakyat kepada mereka. Tak ada kata lain! (Penulis : Drs Ec. Agung Budi Rustanto - Redakktur SR)

Tidak ada komentar: