tabloid pertama karya CAH BLORA ASLI

Senin, 03 Agustus 2009

SR edisi 73 - REMBANG, PATI, KUDUS, GROBOGAN, SEMARANG, KENDAL

Kejari Rembang Fokus Tangani 3 Kasus Korupsi


REMBANG, SR - Belum lama ini pihak Kejaksaan Negeri Rembang akan segera menindaklanjuti kasus yang sudah lama dipendam (beku) selama ini dinilai masyarakat Rembang kurang ada respon. Maka dari itu menurut Kepala Kejaksaan Negeri Rembang Wardinah SH melalui Kepala Seksi (Kasi Pidsus) Kusri SH.


Dalam menangani kasus tindak pidana korupsi telah melakukan penyidikan tiga kasus yaitu yang pertama kasus penyimpangan uang ganti rugi tanah bondo deso yang dilakukan Badrun (Mantan Kades Mahan Kec. Sluke), kedua mengenai penyimpangan pencairan kredit di BKK Kecamatan Kota (Penyimpangan Kredit Fiktif) modus operandinya dilakukan oleh Damar Hastono Aji (45 th) Jabatan Bagian dana Warga Desa Ketanggi Kec. Rembang Kota.


Jadi dia mencairkan Deposit milik nasabah atas nama Sugito (Rbg) sebesar Rp. 300 juta, saat ini sudah dijadikan tersangka. Terbongkarnya kasus ini yang jelas Sugito nasabah BKK setempat dengan pasti belum pernah mencairkan/menarik uangnya di Deposito ternyata sudah berkurang Rp. 300 juta dari yang ada semula belum diambil. Kepala BKK Rembang Kota Rustono siap menerima komplain sewaktu stafnya melakukan suatu tindak pidana.


Kasus Damar tersebut masih dalam tahap penyidikan, sementara masih aktif dan belum ditahan. ”Nanti kalau penyidikan selesai dan berkas sudah lengkap segera kami tangkap dan ditahan untuk mengalami proses hukum,” terang Kusri SH.


Kasus yang ketiga adalah penyimpangan kredit fiktif di BKK Sulang yang modus operasinya memalsukan data-data nasabah untuk dipergunakan pengajuan kredit. Jumlahnya bervariasi sekitar Rp. 325 juta dilakukan oleh Rumito sebagai Seksi Kredit Karyawan BKK setempat.


Terbongkarnya modus operasi tersebut pada waktu itu segera akan ada marger BKK setelah merger pasti ada pendataan azet ternyata diketahui ada beberapa penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Rumito.


Masih terkait kasus penyimpangan uang ganti rugi tanah bondo desa milik Desa Trahan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang oleh Badrun (Mantan Kades).


Kusri SH sewaktu dikonfirmasi SR di ruang kerjanya menyampaikan seharusnya uang ganti rugi dimasukkan ke Kas Desa tidak dimiliki pribadi dan uang tersebut habis dipakai untuk membangun rumah sebesar Rp. 150 juta, untuk beli mobil Rp. 30 juta, untuk beli sepeda motor Rp. 18 juta.


Lalu dipinjamkan kepada Gatot Sugiarto SH sebesar Rp. 100 juta (sudah dikembalikan). Alasan pinjam uang karena ada pekerjaan embung yang di Lodan Kecamatan Sarang anggaran APBD belum turun/cair sehingga karena itu sangat mendesak untuk segera direalisasikan sehingga mereka dengan cepat pinjam uang kepada Badrun.


Perbuatan melawan hukumnya adalah pengelolaan keuangan melanggar Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999, ancaman hukuman minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun.


Saat ini rumah dan bangunan disita Kejari Rembang karena hasil dari korupsi untuk membangun rumah sehingga rumah iu disita pastinya. Seharusnya uang itu oleh Badrun sebagai kades diserahkan kepada Kas Desa, dimasukkan untuk dipergunakan beli tanah desa sebagai pengganti.


”Badrun sudah kami tahan, untuk saksi-saki termasuk Camat Sluke juga akan kami periksa,” ungkap Kusri SH. (Art)




Pelaksanaan DAK Rp 9,96 M Perlu Pengawsan Khusus

GROBOGAN, SR - Pemerintah pusat mengalokasikan anggaran senilai 9,96 Miliar untuk perbaikan gedung SD rusak di Kabupaten Grobogan.Sekolah yang akan dibantu melalui kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) itu, jumlahnya mencapai 70 SD.

Kepala Dinas Pendidikan Drs. H. Bambang Rusminto MM menjelaskan bantuan pemerintah akan menolong 142 ruangan rusak berat di puluhan sekolah. “Data yang masuk ada 227 ruangan rusak di 70 sekolah. Karena menyesuaikan anggaran akhirnya diprioritaskan untuk perbaikan 142 ruangan terlebih dahulu,” tandasnya kepada SR, Senin (27/7).

DAK tidak sekadar untuk membangun kelas rusak. Anggaran itu dikucurkan pula untuk pembelian mebel air dan bantuan untuk perbaikan kamar mandi/WC. Pembelian mebelair disediakan anggaran mencapai Rp 20 Juta dan Rp 10 Juta. Sementara untuk rehab ruangan, disediakan Rp. 60 Juta setiap ruangan. Khusus kamar mandi/WC nilainya Rp. 20 Juta.

Namun, tidak semua sekolah meneriman bantuan rehab kamar mandi/WC, kecuali yang benar-benar membutuhkan. Itupun dengan catatan penerimaan rehab ruangan dikurangi untuk memperbaiki fasilitas MCK itu. Bambang mengemukakan, masih ada 300 sekolah yang juga butuh perhatian lantaran ruangannya rusak.

“Satu diperbaiki saat ini. Tahu-tahu beberapa bulan berikutnya yang lain rusak,” tambahnya. Diakui hal itu karena kondisi gedung sekolah di Grobogan rata-rata berusia lebih dari 20 tahun.

Harus diawasi

Direktur LSM Madani P. Pujiono, SH meminta agar masyarakat secara bersama-sama mengawasi pemakaian anggaran yang digunakan untuk membangun puluhan gedung SD tersebut. Selain karena nilainya tinggi dan bertambah dibandingkan dengan tahun lalu, dana itu harus bisa di alokasikan untuk membangun gedung yang berkualitas.

Harus dihindari penyalahgunaan atau kebocoran anggaran dalam penggunaan DAK ”kalau sampai bocor atau menyimpang jelas akan mempengaruhi fisik gedung yang dibangun.Baru ditempati lima atau enam tahun gedung itu nantinya rusak.

Ini jelas akan mengganggu kegiatan akademik yang bermuara pada rendahnya kualitas pendidikan,” terangnya. Dia juga menambahkan, alokasi DAK beberapa waktu lalu juga menjadi sorotan, karena diduga telah

terjadi penyimpangan.

Kasus pemotongan gaji ke-13

Sementara itu terkait kasus dugaan pemotongan gaji ke- 13 yang dilakukan oleh kepala UPTD Dikdas kecamatan Tanggungharjo yakni Siti Khunaenah, Kadinas Pendidikan Drs.H.Bambang Rusminto, MM mengatakan bahwa persoalan itu sudah selesai dan uang tersebut sudah di kembalikan lagi pada guru yang bersangkutan.

Sebetulnya tidak memotong gaji melainkan sumbangan suka rela. Hal ini dilakukan karena selain untuk syukuran juga di pakai tambahan uang lelah untuk tiga tenaga wiyata bakti di lingkungan UPTD pasalnya tenaga wiyata bakti lingkungan UPTD bekerja lembur hingga larut malam untuk menyelesaikan administrasi gaji ke -13.

Selebihnya, uang di pergunakan untuk membeli kipas angin guna menunjang kegiatan pembagian gaji ke -13, dan biaya oprasional selama pengambilan uang di bank.

Disebutkan gaji ke -13 yang di cairkan mencapai hampir Rp.500 juta hingga butuh pengamanan layak. Gaji itu di bayarkan utnuk 163 PNS di lingkungan UPTD Tanggungharjo. Hasil pemotongan itu sendiri mencapai Rp 2,3 juta. Kita pun juga sudah diminta untuk mengklarifikasi masalah tersebut oleh Komisi D DPRD Kabupaten Grobogan,” jelasnya. (@wang)



Pendataan Jelang Konversi Gas

PEMBUATAN KTP DIWARNAI PUNGUTAN

REMBANG, SR - Pemkab Rembang dibantu tim konsultan PT Pertamina kini terus disibukkan pendataan warga terkait konversi dari minyak tanah ke gas. Namun di sela-sela pendataan tersebut warga di pedesaan yang mengurus KTP (kartu tanda penduduk) untuk mendapatkan tabung gas secara gratis terkena pungutan bervariasi antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu per orang. Termasuk KK (kartu keluarga).


Diperoleh keterangan, pengurusan KTP dimaksudkan agar memudahkan warga untuk mendapatkan tabung gas, namun mereka dikenai pungutan dengan alasan administrasi pengurusan tabung gas.


Adanya pungutan yang dilakukan sejumlah oknum membuat Ketua Komisi A DPRD Rembang, HA Cholid Suyono berang sekaligus meminta Pemkab turun tangan sekaligus segera mengembalikan penarikan dana siluman tersebut.


“Di dalam Perda sudah disebutkan kalau pengurusan KTP gratis, tetapi dengan menggunakan momen konversi mitan ke gas dimanfaatkan untuk menarik iuran,” jelas HA Cholid Suyono kepada SR, Senin (27/7).


Terpisah Kepada Dinas ESDM (energi sumber daya mineral) Kab Rembang Drs Agus Supriyanto mengaku tidak tahu menahu perihal penarikan terkait pendataan jelang konversi mitan ke gas. Untuk tugas itu, kata Agus, PT Pertamina telah menunjuk sejumlah konsultan yang dibagi di beberapa area. Data yang ada menyebutkan, warga Rembang yang akan diberi fasilitas konversi sebanyak 188.000 KK dan akan diberlakukan bulan Agustus nanti.


Beberapa warga masih memepertanyakan keberadaan minyak tanah di pasaran. Hal itu karena mereka merasa tidak bisa meninggalkan minyak tanah untuk kebutuhan dapur dan melaut bagi nelayan. Namun diperoleh keterangan jika setelah konversi minyak tanah yang ada di pasaran harganya berkisar Rp 6000 per liter karena sudah tidak disubsidi lagi oleh pemerintah. (Art/Ctr)



Kurang Perhatian, Reog Gondoreo Makin Tergusur


GROBOGAN, SR - Tradisi tari Reog Gondoreo adalah tradisi kesenian tari yang sudah turun temurun yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu yang ada di desa Jatiharjo Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Kesenian ini adalah salah satu kesenian milik Kabupaten Grobogan yang masih dilestarikan. Walaupun demikian sekarang ini agak jarang kesenian tari reog gondoreo tampil atau manggung.


Jangankan untuk tampil secara umum, untuk tampil di pendopo guna menghibur tamu-tamu bupati saja tidak pernah. Namun satu kebanggaan bagi penerus tari reog gondoreo ini, setidaknya sudah pernah tampil berulang kali di Taman Mini Indonesia (TMI) mewakili Jawa Tengah.


Suparman alias Mamang (62) ketua dari tari Reog Gondoreo ini menuturkan bahwa ia akan terus melestarikan budaya tari reog gondoreo sampai ajal menjemput.


Harapannya ada penerus jika kelak ia sudah tidak lagi atau tidak mampu lagi menari reog gondoreo ini. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tari ini terdiri dari sekumpulan tari-tarian di antaranya bonangan, jaran kepang, dan pentul tembem.


Anggotanya sendiri berjumlah tiga belas orang yang terdiri dari sepuluh pemain gamelan, dan yang tiga orang lagi menari. Tiap minggu tiga kali latihan guna mengasah kemampuan agar tidak lupa, hal ini di lakukan jika sewaktu-waktu ada job atau tanggapan baik di dalam daerah maupun luar daerah, sebab kami juga sering ditanggap di luar daerah diantaranya di daerah Banyumas.


Sementara itu Kepala UPTD Dinas Pemuda dan Olah raga, Perhubungan dan Pariwisata Sriyono mengatakan bahwa kesenian tari reog gondoreo ini adalah tari warisan leluhur. Adapun fungsi kami terus melakukan pembinaan terhadap kesenian ini dan agar tetap di lestarikan keberadaannya.Apresiasi masyarakat terhadap seni tari reog gondoreo ini sungguh luar biasa.


Sebab sering pada acara-acara tertentu seperti mantenan, khitanan, tasyakuran dan lain-lain tari reog gondoreo ini ditanggap. Sekali manggung berkisar tiga jutaan sebab mulai manggung dari jam 10 pagi sampai dengan jam 4 sore. Namun bagi orang tua wajib berhati-hati jika punya anak kecil yang mau menonton tari reog gondoreo ini, sebab anak tersebut bisa sawanen atau kesambet .


”Tapi jangan takut karena untuk mengobati anak yang sawanen atau kesambet cukup dengan memotong rambut daripada topeng pentul tembem. Namun itu hanya mitos boleh percaya boleh tidak,” jelasnya. (@wang)



SEMANGAT WIRAUSAHA KAUM PERANTAU

KUDUS, SR - Hidup diperantauan sangat membutuhkan semangat hidup dan keberanian. Betapa tidak, berpindah dan tinggal jauh dari tempat kelahiran. Meninggalkan keluarga, sanak saudara, untuk mencari sumber penghidupan yang dipandang lebih baik.


Semangat hidup dan keberanian kaum urban (kaum perantau/ pendatang) inilah yang terbukti mampu menjadikan mereka tetap eksis, dan tidak jarang mampu mencapai kesuksesan. Semangat kaum perantau ini bisa kita lihat dilingkungan sekitar kita.


Adalah Muhammad Fudholi (biasa disapa Dholi), pria berusia 31 tahun, kelahiran Bangkalan, Madura ini, merupakan salah satu potret hidup kaum urban. Pada tahun 1995, saat usia 17 tahun, berbekal pendidikan terakhir SMP dan keinginan untuk hidup mandiri, dia meninggalkan desa asalnya, Sembilangan, Bangkalan, Madura dan memilih merantau ke kota Kudus.


Mengikuti jejak kakaknya yang sudah lebih dulu merantau di Kudus, Fadholi selama kurang lebih setengah tahun, belajar cara memotong rambut dari pamannya, yang sudah lebih awal pula tinggal di Kudus dan berprofesi sebagai tukang potong rambut. Sebagaimana kita ketahui, etnis Madura yang merantau, biasanya memiliki keahlian khusus selain berdagang sate, yakni potong rambut. Maka dikenalah sate Madura dan potong rambut Madura.


Tinggal lama di Kudus, membuat Fadholi menambatkan hatinya pada seorang wanita asal Loram Kulon, Kudus. Istrinya Ridhoa (29 th), dinikahinya pada tahun 2002 dan hingga kini telah dianugerahi seorang putri. Dalam sehari, di tempat praktek potong rambutnya di bilangan Jl. Bhakti Kudus, Fadholi melayani rata-rata 20 pelanggan. Dengan tarif potong untuk dewasa 8 ribu rupiah, anak-anak 7 ribu rupiah.


“Usaha lancar, rejeki lancar”, itulah harapannya untuk kelangsungan usaha potong rambutnya. Inilah sekilas potret kaum urban di Kudus, semangat wirausahanya pantas dicontoh. Tidak menjadi beban bagi lapangan kerja alias pengangguran, namun mampu menciptakan lapangan kerja, minimal bagi dirinya. (Wan)

Tidak ada komentar: