tabloid pertama karya CAH BLORA ASLI

Selasa, 01 September 2009

SR edisi 75 - REMBANG-KUDUS-GROBOGAN-SEMARANG-KENDAL

Meriam Kuno ditemukan

REMBANG, SR- Tanpa sengaja beberapa petani garam di Desa Punjulharjo yang sedang menggali parit untuk mengairi lahan tambak menemukan benda peninggalan sejarah berupa besi yang diperkirakan sebagai ujung dari moncong meriam kuno.

Tempat penemuan hanya berjarak sekitar 300 meter timur laut dari lokasi situs kapal kuno Punjulharjo yang saat ini telah ditangani oleh pihak berwenang.

Ikhsan (44), saksi mata penemuan, menuturkan kepada beberapa wartawan, seminggu lalu sejumlah petani tambak menemukan sebuah besi tua yang berbentuk pipa saat menggali parit .

''Besinya itu menyerupai moncong meriam,'' ungkapnya saat berada di sekitar lokasi penemuan.

Demikian juga dengan Nursalim, kepala Desa Punjulharjo, mengungkapkan, secara keseluruhan benda yang masih terpendam di dalam parit ini tidak terlihat secara utuh. ''Selain masih berada di dalam tanah, lokasi penemuan juga tergenang air tambak,'' jelasnya.

Perkiraan Warga desa ketebalan besi yang terkubur itu sekitar 2,5 cm dengan panjang 3-3,5 m. Sementara itu, diameter lubang besi sepanjang 3 cm.

Nursalim juga menambahkan, setelah mendapat laporan penemuan dari warga, pihaknya langsung meminta untuk menjaga lokasi itu. (Roes)



Kelompok Berjubah Resahkan Warga

REMBANG, SR- Belakangan ini sejumlah warga beberapa desa di Rembang merasa khawatir dan resah dengan munculnya kelompok syiar agama Islam. Karena penampilan mereka eksklusif dan berjubah. Mereka datang berkelompok terdiri sekitar 10 orang, kemudian tidur dan masak di masjid atau musala di mana mereka mekakukan kegiatan, yaitu syiar agama Islam.

Sejauh ini mereka telah melakukan kegiatan syiar di musala Dukuh Sono, Desa Waru, sebuah musala di Desa Pandean dan di Masjid Desa Pasarbanggi, semuanya di Rembang Kota.

Kelompok pertama datang di musala Dukuh Sono minggu lalu. Mereka minta izin pada takmir musala setempat untuk melakukan syiar di Dukuh Sono selama tiga hari. Anggota kelompok tersebut diketahui juga warga Rembang, bahkan beberapa warga Sono sudah mengenalnya.

Setelah mereka melakukan kegiatan, warga mulai resah karena mereka mlawang dan minta kepada warga agar menjalankan salat di musala. Karena kegiatannya tidak lazim seperti para kiai, warga Sono dan sekitarnya mulai resah.

”Kami memberi waktu selama tiga hari sesuai izin mereka, jika tiga hari mereka tidak angkat kaki terpaksa kami usir,” ujar Imron Rosyadi, salah seorang tokoh masyarakat Sono.

Kelompok lain sempat berdakwah di salah satu musala di sebelah utara Alun-alun Rembang. Mereka merupakan jamaah tablig yang berasal dari Pamotan, Pancur, Banyudono dan ada pula yang datang dari Semarang. Keberadaaan mereka juga sempat didatangi aparat kepolisian, setelah dilaporkan oleh warga Desa Pandean.

Dan satu kelompok terrakhir melakukan kegiatan yang sama di masjid Desa Pasarbanggi. Kelompok ini datang dari Nusatenggara Barat.

Kapolsek Kota Rembang AKP Isnaeni kepada sejumlah wartawan mengemukakan, sejauh ini memang belum diketahui apakah ajaran mereka menyimpang atau tidak.

Namun pihaknya harus bergerak cepat untuk melakukan pendekatan, sehingga jangan sampai muncul konflik di tengah masyarakat. Apalagi kedatangan kelompok jamaah tabliq ini juga tidak sepengetahuan pihak desa setempat.

”Setelah dilakukan pendataan, akhirnya kedua kelompok jamaah tersebut pergi membubarkan diri,” kata Isnaeni.

Kapolsek juga berharap masyarakat lebih berperan aktif apabila mengetahui kegiatan kelompok eksklusif atau berbeda.(Roes)
Kerugikan Negara Rp186,68 Miliar akibat Korupsi di Jateng

SEMARANG, SR- Tak kurang dari 116 kasus korupsi ditemukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah di sejumlah daerah di Jateng selama kurun waktu 2007 - 2009. Total kerugian negara akibat praktik korupsi selama hampir tiga tahun tersebut mencapai Rp186,68 miliar.

Untuk tahun ini saja, BPKP Jateng menemukan 30 kasus tindak pidana korupsi. Rinciannya, 11 kasus diantaranya telah diaudit investigasi dengan nilai kerugian negara sebesar Rp20,31 miliar. Sedang 19 kasus sisanya kerugian keuangan negara ditaksir sebesar Rp33,87 miliar. Sehingga total kerugian keuangan negara tahun ini senilai Rp54,18 miliar.

"Temuan BPKP Jawa Tengah tersebut sudah disampaikan ke aparat penegak hukum yang berwenang dalam hal ini kepolisan dan kejaksaan," ujar Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Jateng

Arzul Andaliza mengatakan saat acara serah terima jabatan ke pejabat yang baru Muchtar Husein, di Grhadhika Bhakti Praja, Semarang, minggu lalu.

Arzul memaparkan, rinciannya untuk kasus korupsi sepanjang tahun 2007 - 2009, audit investigasi 49 kasus dengan nilai kerugian Rp109,58 miliar. Sedang perhitungan kerugian keuangan negara dari 67 kasus korupsi lainnya senilai Rp77 miliar.

Sedangkan untuk tahun 2009 ini, hingga Agustus, BPKP Jateng sedang menangani 16 kasus perkara korupsi di sejumlah daerah di Jateng mulai dari Demak hingga Banjarnegara. Materi kasus-kasus ini beragam, ada yang berupa proyek pembangunan jalan seperti yang terjadi di Purwodadi, pengadaan alat kesehatan seperti yang terjadi di Kebumen atau kasus pengadaan pakaian dinas seperti yang terjadi di Pekalongan.

"Sebanyak 16 kasus ini masih ditangani, jadi kerugian negara berapa belum diketahui," terangnya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Bibit Waluyo berharap kasus korupsi di Jateng dapat berkurang di masa kepemimpinannya. Bibit mengatakan, saat ini lembaga pengawasan sudah berlapis, mulai Bawasda, BPK, BPKP, KPK, kepolisian, kejaksaan dan lembaga lainnya.

"Saya juga heran, kok masih saja ada yang lolos," ujarnya, dalam acara yang dihadiri semua Bupati dan Wali Kota tersebut.

Gubernur juga berpesan pada para kepala daerah di jajarannya untuk memantau penggunaan uang negara sampai ke tingkat desa. Apalagi, dalam waktu dekat Pemprov Jateng menggelontorkan dana Rp 100 juta di semua desa yang dianggap tertinggal di Jateng. Untuk tahap pertama ini, sebanyak 350 desa di Jateng akan menerima bantuan tersebut. "Saya minta semuanya mengawasi penggunaannya. Sebab kita ingin dengan uang itu desa menjadi sejahtera, bukan sebaliknya," jelasnya.
Dalam sertijab tersebut, Muchtar Husein menggantikan Arzul Andaliza menempati jabatan baru di BPKP pusat pada divisi pengawas BUMD se-Indonesia. Sedangkan pejabat baru sebelumnya menjabat sebagai Kepala BPKP Perwakilan Provinsi Jateng. (Roes)
GROBOGAN RAIH TIGA PENGHARGAAN

GROBOGAN, SR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan pada tahun 2009 ini, kembali menorehkan prestasi. Berupa penghargaan di tiga bidang yang diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, saat peringatan hari Jadi Provinsi Jawa Tengah di Lapangan Pancasila Simpanglima, Semarang.

Tiga penghargaan kepada Bupati Grobogan H.Bambang Pudjiono, SH.Diantara penghargaan itu adalah :

Penghargaan pertama adalah keberhasilan Kelompok Petani Ngudi Luhur, Desa Kluwan, Kecamatan Penawangan dalam mengelola pertanian secara maksimal.

Penghargaan kedua adalah Manggala Karya Kencana yang diberikan kepada bupati atas keberhasilannya dalam menjalankan program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Grobogan.

Data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,.dan KB di 19 kecamatan pada tahun 2009 mencapai 35.475 peserta.

Dan yang terakhir adalah penghargaan atas nama Jaswadi, seorang petugas inseminasi Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan), sebagai petugas lapangan terbaik.Karena Pak Jaswadi sebagai petugas inseminasi Disnakkan dinilai berhasil dalam menjalankan tugas, penghargaan itu pantas diberikan kepadanya, kata Kabag Humas setda kabupaten Grobogan Agung Sutanto seusai upacara penyerahan penghargaan.(@wang)
Penderita ISPA meningkat

GROBOGAN, SR- Kondisi cuaca yang ekstrem di musim kemarau kali ini, di mana siang hari sangat terik dan udara dingin di malam hari, menyebabkan penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Kabupaten Grobogan capai 11.005 orang.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) dr Bambang Pudjianto melalui Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkunagn (P2&PL), dr Johari Angkasa, Rabu (26/8), sebagian besar penderita adalah anak-anak.

”Memang meningkat tajam, ini dilihat dari jumlah penderita ISPA yang berobat di RSUD dr R Soedjati Purwodadi dan 30 Puskesmas di Kabupaten Grobogan,” kata dr Johari.

Diakui Johari, sebagian besar penderita adalah anak-anak karena menurunnya kondisi daya tahan tubuh saat musim kemarau seperti sekarang ini. Di mana cuaca sangat ekstrem sehingga melemahkan daya tahan tubuh manusia.

Adapun gejala yang sering muncul saat diserang ISPA adalah, demam dan flu juga disertai batuk. Menurut Johari, jika tidak secepatnya diobati, maka penyakit ini akan membahayakan.

Cepatnya penyebaran ISPA, tambah Johari, selain karena faktor cuaca yang ekstrem juga kebersihan lingkungan yang kurang terjaga selama musim kemarau ini. Belum lagi asupan vitamin yang tidak terjaga.

”Pencegahannya sebenarnya mudah dilakukan, yakni dengan memperhatikan asupan gizi dan vitamin dalam makanan, serta tetap menjaga kebersihan lingkungan dan diimbangi banyak istirahat bagi penderita,” ungkap Johari.

Mengenai kasus ISPA di Kabupaten Grobogan, diakui Johari memang terhitung tinggi. Terutama saat memasuki musim kemarau seperti ini. Tahun 2008 lalu, penderita ISPA mencapai 22.000 penderita.

”Memang risiko kematian akibat serangan penyakit ISPA kecil. Namun masyarakat tetap harus menjaga kondisi tubuh selama musim kemarau yang kebetulan juga bersamaan dengan ibadah Puasa,” tandas Johari.(Roes)
SAERI, SEBAGIAN HIDUPNYA UNTUK MENGABDI

KENDAL, SR- Saeri (61 th), sosok pria berperawakan kecil menatap tajam langit langit kantor Kelurahan Desa Ngargosari kecamatan Sukorejo. Tak terasa sudah 41 tahun dirinya mengabdi dan melayani masyarakat desa Ngargosari Sukorejo. Saat ini dia dia tercatat sebagai perangkat desa urusan Kesra di desa setempat.

Saat SR menemui dikantornya dia menceritakan bahwa motivasi menjadi perangkat desa adalah semata mata untuk beribadah. Dirinya merasa bangga bila dalam hidupnya dapat melayani masyarakat. “Kulakukan pekerjaan ini dengan ikhlas “ tutur Saeri.

Diakuinya bahwa selama menjadi perangkat desa’ kehidupanya hanya pas pasan, maklumlah tidak mempunyai pekerjaan tambahan. Sawah yang diterima sebagai imbalan pekerjaannya seluas ½ Ha pun diolah sendiri untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Kalau dijual tahunan lakunya sangat murah, tidak cukup untuk membiayai keluarganya.

Seiring dengan perjalanan waktu, Saeri pun merasa bangga atas kebijakan Pemerintah Kabupaten Kendal yang telah memberikan penghasilan tambahan bagi Perangkat Desa. Saat ini dia dan rekan rekanya mendapatkan tambahan dari Pemda tiap bulan yang dibayarkan setiap 3 bulan sekali. “Alkhamdullillah mas nasib para perangkat telah dipikirkan oleh pemerintah, sehingga perekonomian keluarga bisa terangkat” tambah Saeri.

Sebelum ada tambahan penghasilan dari Pemda, dia selalu hutang kesana kemari untuk membiayai keluarganya, dan hutang itu akan dibayar manakala musim panen tiba. Kehidupan semacam ini dialakukan selama bertahun tahun. Namun sejak menerima panghasilan tambahan kehidupanya mulai berubah, saat ini tidak lagi hutang kepada orang lain. (imam)

Tidak ada komentar: