tabloid pertama karya CAH BLORA ASLI

Jumat, 03 Juli 2009

SR edisi 70 - Berita Daerah Edar GROBOGAN-SEMARANG-KENDAL

GROBOGAN TERIMA ADIPURA

GROBOGAN, SR - Tahun 2009 tahun yang hoki bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan. Pasalnya di tahun ini berturut-turut mendapat penghargaan dari Presiden RI H Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kali ini penghargaan Adipura diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Grobogan di Istana Negara dalam rangka Hari Lingkungan Hidup se-Dunia.


Hal ini didasarkan pada kriteria yang sudah disyaratkan karena Kabupaten Grobogan memenuhi syarat sebagai daerah penerima Adipura yakni sebagai kabupaten yang bersih, rapi dan teduh (penghijauan). Penghargaan Adipura tersebut masuk pada kategori kota kecil. Sedangkan untuk Jawa Tengah sebagai Kota Metropolitan 1.


Bupati Grobogan H Bambang Pujiono, SH melalui kabag humas Setda Kabupaten Grobogan Agung Sutanto, SH dengan didampingi Kasubag Humas Suharni, SH mengatakan bahwa apa yang sudah diraih ini hendaknya dipertahankan pada tahun-tahun mendatang.


“Ini merupakan kerja keras kita selama ini. Untuk itu marilah
bersama-sama kita lebih tingkatkan lagi kreatifitas kita dan prestasi kita,” jelasnya kepada SR, Selasa (23/6) di kantornya. (@wang)



LEDEK GROBOGAN HILANGKAN KESAN "syurr"

GROBOGAN, SR - Seiring derasnya informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia berimbas pada kekhawatiran sebagian masyarakat atas banyaknya informasi dari dunia luar.Apalagi berbagai budaya dari negara-negara lain sudah tak terbendung lagi masuk ke Indonesia. Yang saat ini menjadi kecemasan warga Indonesia adalah budaya-budaya Indonesia yang banyak diklaim bangsa lain.


Baru-baru ini budaya reog ponorogo juga di claim bangsa lain, bukan hanya budaya saja tapi juga sudah mulai merambah ke pulau yang ada di dekat Nunukan Kalimantan yakni pulau Ambalat di akui oleh negara lain.Hal ini jika budaya bangsa ini tidak di jaga kelestariannya niscaya bangsa-bangsa lain juga akan berebut mengklaim kalau sebagian budaya Indonesia milik mereka (bangsa lain).


Lain halnya dengan budaya seni tradisional tayub atau sering di sebut ledek.Sampai saat ini tayub atau ledek ini masih bertahan dan mulai di budayakan serta di lestarikan. Sekarang ini yang masih eksis dan bertahan adalah tayub " Langen Beksan Larasati " yang berada di Desa Kropak, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan.


Bahkan kesenian tradisional tayub ini sering beberapa kali mendapat penghargaan baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.Sementara tayub itu di istilahkan dengan kata di tata ben guyub dan Ledek sendiri dari istilah elek ben angger gelem medhek-medhek (biar jelek asal mau mendekat).Tayub sendiri adalah budaya seni tari tradisional yang sudah ada sejak tahun 1975.


Salah satunya adalah ketua paguyuban tayub langen beksan larasati yang juga mantan penari tayub yakni Suwarti (39) mengatakan bahwa seni tari tayub ini dulunya sering dianggap sebagian masyarakat adalah seni tari yang hanya menjual kemolekan tubuh dan acap kali dikonotasikan negatif.

Hal ini membuat kami mulai berbenah diri dan sedapat mungkin menghindari pandangan-pandangan negatif. Setelah kami membuat paguyuban akhirnya sedikit demi sedikit kami mampu mengikis pandangan miring masyarakat dan kami tunjukan bahwa kami di samping melestarikan budaya seni tari tayub juga kami mencoba berdikari lewat seni tari tayub, jelasnya.


Sementara itu Kabid Disporabudpar Kabupaten Grobogan Drs.Marwoto mengatakan kalau sampai hari ini ada beberapa paguyuban seni tari tayub yang sudah kami inventarisir salah satunya seni tari tradisional tayub langen beksan larasati.


Pada tahun 2008 paguyuban tayub langen beksan larasati pernah masuk MURI dan mendapat penghargaan yakni saat acara gebyar tayub menari selama 38 jam tanpa berhenti. “Dari prestasi tersebut kami dari pihak pemda sendiri juga membantu anggaran guna pembinaan seni tari tayub,” ungkapnya kepada SR, Selasa (23/6).


Tini Kuncoro (27) warga setempat salah seorang ledek atau penari tayub mengungkapkan kalau ia menjalani sebagai penari tayub semenjak tujuh tahun yang lalu. Dari panggung ke panggung ia lakoni, tak jarang bila tiap kali manggung banyak pria hidung belang yang menawari kencan.

Tapi dengan halus kami menolaknya.Itulah dukanya mas kadang mereka beranggapan kami itu bispak (bisa di pakai), tapi sekali lagi ma'af kami murni menghibur namun lewat tarian seni tayub, tutur gadis yang sekilas mirip bintang sinetron Kiki Amelia.


“Hampir tiap hari kami dapat tanggapan menari tayub mulai dari acara hajatan sunatan, tasyakuran, pernikahan dan masih banyak lagi yang lainnya.Selain itu kami juga sering di tanggap di luar kota seperti Pati, Blora dan Rembang,” imbuhnya.(@wang)

Tidak ada komentar: